gameteeukzurra

gameteeukzurra
teeukye an angel

Selasa, 08 November 2011

PESONA MANGA "NARUTO" BUDAYA TONOTONAN ANAK-ANAK BERBAU KEKERASAN DAN PORNOGRAFI


Sebuah makalah penggugah jiwa
bagi para orang tua yang anaknya keranjingan menonoton NARUTO

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Budaya nonton bagi sebagian orang sudah menjadi cara yang paling unik untuk menghilangkan kepenatan, kebosanan dan untuk mencari hiburan. Tidak jarang anak-anak bahkan orang dewasa menghabiskan waktunya berjam-jam di depan TV hanya untuk menonton sinetron atau film kesukaan mereka, dan kartun manga merupakan salah satu tontonan yang sangat di gemari oleh anak-anak pada umumnya sebagai contoh kartun manga “NARUTO”. Sekarang, ini anak-anak mana yang tak mengenal Naruto?  Tokoh komik dan film animasi ini sangat popular di kalangan anak-anak. Mereka menggandrunginya, seperti halnya Shinchan beberapa waktu lalu. Namun sama seperti Shincan dan notabene film dan novel asal Jepang lainnya, Naruto mengandung banyak sekali muatan pornografi dan
kekerasan. Jika situasi adegan menjadi benar-benar panas, para karakter di seri Naruto tidak jarang mengatakan “Damn!” (sialan, brengsek) dan “Bastard” (bajingan). Kedua kata ini memiliki makna yang kasar dalam bahasa Inggris. Kekerasan mungkin yang paling kuat tentang Naruto. Menimbang bahwa
Naruto adalah sesuatu yang diperuntukkan bagi anak-anak, jumlah kekerasannya sangat mengejutkan. Walau memang seri Naruto bercerita tentang Ninja, sehingga ada penggunaan seni bela diri kiri dan kanan, namun tingkat kekerasannya sangat melimpah. Ada banyak perkelahian dengan senjata dan banyak darah. Perkelahian itu bahkan menakutkan, dan cukup intens. Jelas bukan sesuatu yang sehat untuk    anak-anak.
Sedangkan adegan-adegan porno Naruto misalnya, dalam film kartun tersebut ada adegan Naruto sedang minum minuman keras, dikelilingi lima perempuan setengah telanjang. Lalu, Naruto yang sedang mabuk berkata; "Serasa di surga." Kartun Naruto juga memuat adegan berciuman dan adegan ranjang. Dalam Naruto juga ada adegan ia tengah mandi dengan seorang perempuan seksi dengan hanya mengenakan baju mandi yang sangat mengundang. Yang memprihatinkan, komik Naruto menempati urutan teratas yang dikonsumsi anak-anak.
1.2 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menginginkan agar pembaca mengetahui dengan jelas tontonan yang pantas bagi anak-anak. Karena anak-anak selalu meniru apa yang di lihat dan di tontonnya maka pengaplikasiannya semakin nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu penulis menginginkan agar para orang tua memperhatikan dan mengontrol tontonan anak-anaknya, bila perlu para orang tua yang menentukan jam nonton bagi anak-anak mereka.

1.3 RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari latar belakang dan tujuan yang di sebutkan oleh penulis di atas maka ada beberapa masalah yang akan penulis uraikan di makalah ini, yaitu:
1.      Haruskah anak-anak menonton kartun manga “NARUTO?
2.      Apa saja dampak yang bisa di timbulkan akibat dari lalainya para orang tua yang tidak memperhatikan bahan tontonan anak-anaknya, khususnya kartun manga “NARUTO” yang notabene mengandung nilai pornografi dan tindak kekerasan.
3.      Pelajaran yang bisa di ambil oleh para orang tua dalam menyikapi anak-anaknya yang sangat terobsesi pada kartun/manga “NARUTO” ?















BAB II. PEMBAHASAN MASALAH
ANIMA DAN PORTAL MANGA

NARUTO adalah sebuah serial manga jepang yang berkelanjutan dan di ilustrasikan oleh Masashi kishimoto. Plot ini menceritakan tentang Naruto Uzumaki seorang ninja yang terus-menerus mencari pengakuan jati diri dan bercita-cita ingin menjadi Hokage (ninja di desanya yang di anggap sebagai pemimpin dan yang terkuat dari semua. Serial ini di dasarkan pada cerita komik one-shot oleh kishimoto yang langsung di terbitkan dalam edisi agustus tahun 1997 oleh Akamaru.

Manga ini pertama kali diterbitkan oleh Shueisha pada tahun 1999 dalam edisi ke-43 di Jepang majalah Weekly Shonen Jump. Saat ini, manga masih menjadi serial dengan empat puluh tujuh jilid Tankōbon dirilis sejauh ini. Manga ini kemudian diadaptasi menjadi sebuah anime, yang diproduksi oleh Studio Pierrot dan Aniplex. Ini perdana di Jepang pada jaringan terestrial TV Tokyo dan jaringan televisi satelit anime Animax pada 3 Oktober 2002. Seri pertama berlangsung 220 episode, sementara Naruto: Shippuden, sebuah sekuel dari serial aslinya, telah ditayangkan sejak Februari 15, 2007. Selain serial anime, Studio Pierrot telah mengembangkan enam film untuk seri dan beberapa animasi video asli (OVAs). Jenis barang dagangan termasuk cahaya novel, video game dan kartu perdagangan dikembangkan oleh beberapa perusahaan.

Viz Media telah lisensi manga dan anime produksi Amerika Utara. Yaitu telah menerbitkan seri dalam majalah Shonen Jump, dan juga indidividual volume. Serial anime mulai ditayangkan di Amerika Serikat dan Kanada pada tahun 2005, dan kemudian di Inggris Raya dan Australia pada 2006 dan 2007 masing-masing. Film, seperti kebanyakan OVAs dari seri, juga telah dirilis oleh Viz, dengan premiering film pertama di bioskop-bioskop. DVD pertama volume Naruto: Shippuden dirilis oleh Viz di Amerika Utara pada 29 September, 2009, dan mulai disiarkan di Disney XD pada bulan Oktober dari tahun yang sama.
Lalu bagaimana manga NARUTO ini menjadi tontonan yang di gandrungi oleh anak-anak bahkan remajapun menjadikan NARUTO sebagai tontonan wajib, NARUTO identik dengan anak-anak. Mungkin itulah yang sering kita dengar kalau ada remaja atau orang dewasa yang suka pada naruto atau nonton film naruto. lalu biasanya orang-orang akan langsung memvonis kalau mereka ke  "kanak-kanak" an. sebenarnya terlalu banyak hal untuk menyangkal hal ini.
Tapi kenyataannya adalah rating menunjukkan bahwa film naruto adalah untuk usia 13 tahun ke atas. Sedangkan rating penjualan komik naruto di Indonesia meraih rating pertama, Gufronil Sakaril manager Humas PT. indosiar tbk. Tidak menampik tingginya rating yang diraih Naruto. Film anak-anak ini berhasil mengalahkan Dragon Ball (kini rating-nya1,7), Detektif Conan yang sempat fenomenal juga (1,6 dengan share12,9%), serta Power Ranger yang selama beberapa tahun memiliki ratinglumayan (2,2 dengan share 14,3%. Volume 7 dari serial ini berhasil memenangkan Quill Award untuk
kategori best graphic novel di Amerika Utara. Sementara dalam sebuahpoling 100 Anime terbaik versi TV Asahi, Naruto menempati peringkat 1. Bayangkan begitu banyak anak-anak dan remaja kita yang sangat menyukai komik dan film dari manga NARUTO ini. Jadi haruskah NARUTO menjadi tontonan anak-anak ?
 Ini masalah sosial budaya masyarakat kita plus para pekerja media televisi yang cenderung PUKUL RATA KALAU ANIMASI ITU UNTUK ANAK-ANAK, ini SALAH BESAR.
 ANIMASI juga memiliki kategori seperti halnya film atau buku bacaan (termasuk komik) yang kalau merujuk klasifikasi Jepang adalah:
+KODOMO : anak-anak atau semua umur contohnya DORAEMON
+SHOUJO : remaja perempuan (13 tahun +) contohnya SAILORMOON
+SHOUNEN : remaja laki-laki (13 tahun +) contohnya NARUTO
+JOSEI : dewasa wanita (18+) contohnya HACHIMITSU no CLOVER
+SEINEN : dewasa pria (18+) contohnya CRAYON SHINCHAN

Meski banyak lewat sensor dan sudah di-tone down (sejumlah hal diperhalus misalnya kata-kata, yang aslinya kasar dan merendahkan diganti dengan kata-kata lain) tetap saja ISI ceritanya kan tidak berubah. kalau ditujukan bagi dewasa ya tetap saja isi ceritanya dewasa, yang isinya cerita remaja ya nggak bakal mungkin jadi cerita buat anak-anak. Kenyataan kalau film naruto adalah tidak cocok untuk menjadi tontonan anak-anak karena berbau kekerasan dan pornografi, misalnya dalam film naruto, Jika situasi adegan menjadi benar-benar panas, para karakter di seri Naruto tidak jarang mengatakan “Damn!” (sialan, brengsek) dan “Bastard” (bajingan). Kedua kata ini memiliki makna yang kasar dalam bahasa Inggris. Kekerasan mungkin yang paling kuat tentang Naruto. Menimbang bahwa Naruto adalah sesuatu yang diperuntukkan bagi anak-anak, jumlah kekerasannya sangat mengejutkan. Walau memang seri Naruto bercerita tentang Ninja, sehingga ada penggunaan seni bela diri kiri dan kanan, namun tingkat kekerasannya sangat melimpah. Ada banyak perkelahian dengan senjata tajam, dan banyak darah. Perkelahian itu bahkan menakutkan, dan cukup intens. Jelas bukan sesuatu yang sehat untuk
anak-anak. Sedangkan adegan-adegan porno Naruto misalnya, dalam film kartun tersebut ada adegan Naruto sedang minum minuman keras, dikelilingi lima perempuan setengah telanjang. Lalu, Naruto yang sedang mabuk berkata; "Serasa di surga." Kartun Naruto juga memuat adegan berciuman dan adegan ranjang. Dalam Naruto juga ada adegan ia tengah mandi dengan seorang perempuan seksi dengan hanya mengenakan baju mandi yang sangat mengundang.Yang memprihatinkan, komik Naruto menempati urutan teratas yang dikonsumsi anak-anak. Jadi, hati-hati jika membiarkan anak
anda menonton atau membaca Naruto. Lebih baik, pikirkan seribu kali sebelum mengizinkan mereka
mengonsumsinya. Pada dasarnya Film Kartun yang diputar di Indonesia tercinta ini dapat dibagi menjadi dua sektor / porsi Film kartun :
1.      Porsi anak-anak : Pororo, Dora, Doraemon, Ipin dan Upin.
2.       Porsi Dewasa  : Spongbob, Avatar, Naruto, Shincan, dll.
Memang ironis, sebab Film kartun dengan porsi yang bukan untuk anak-anak  jauh lebih banyak dan lebih sering diputar di beberapa Stasiun TV Indonesia. Kemudian menurut pengamatan pribadi, pada dasarnya (secara naluriah) anak-anak jauh lebih suka film dengan porsinya mereka (porsi anak-anak), sebab seorang anak cenderung tertarik pada warna (gambar) ketimbang jalan cerita. Namun mengapa banyak anak yang berpaling ke porsi yang lebih dewasa? Mungkin karena si orang tua sendiri yang cenderung me 'mindset' si anak, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal ini juga bisa disebabkan oleh factor lingkungan misalnya pengaruh dari saudara yang lain, tetangga, teman dll. Jujur saja, saya adalah penggemar film AVATAR, dari segi penggarapan, audio visual, dan jalan cerita sangat runtut dan apik. ada konflik dan ada penyelesaian secara dewasa. Namun menurut saya film ini merupakan film tataran untuk ukuran dewasa pasalnya dari segi penonjolan cerita mengutamakan cinta dan drama romantisme orang dewasa. Hal ini terbukti, ketika Film Avatar telah rampung episodenya, dan saya tidak memonopoli acara kartun lagi. Adik saya dengan sendirinya selalu memilih Film Pororo di pagi harinya padahal AVATAR tetap ada sesi tayang ulangya. Saya sendiri cukup bersyukur karena sampai saat ini tidak ada efek negatif yang dikarenakan oleh film AVATAR, mungkin karena ceritanya yang cukup singkat, dan kinerja BADAN SENSOR FILM yang bagus, selain itu juga karena dalam film ini mengusung cerita yang tidak mudah dicerna oleh anak-anak,  jadi anak-anak cenderung melihat gambarnya dan warnanya saja (bandingkan gambar tokoh naruto dan Ang (avatar), Avatar lebih imut dan lucu). Namun bagi anda (orang tua) yang masih menggemari film kartun atau film apapun itu (termasuk sinetron) INGAT Anak anda semakin besar, dan semakin dewasa, kemampuan berfikirnya juga semakin tinggi. Baik film kartun maupun yang bukan kartun sebenarnya sama saja, hanya objeknya (aktornya) saja yang berbeda, perihal jalan cerita, isi cerita dan visualisasinya, TIDAK ADA BEDANYA (banyak sinetron yang mempertontonkan wanita dengan pakaian seksi). Coba anda bandingkan : Ronaldowati & The Kickers Filmnya baim & Ipin dan Upin Sinetron2 & Kartun porsi dewasa. Tidak ada bedanya bukan? Hanya karena kartun saja kemudian banyak orang bilang "Itu film Anak-anak". Padahal tidak sedikit orang dewasa yang turut menonton, menyewa filmnya, dan mengkoleksi Komiknya.
Pengalaman pribadi yang beberapa kali yang saya alami adalah suatu saat Beberapa anak berseragam merah-putih yang sedang bergerombol di halaman samping rumah sedikit menyita perhatian saya. Bukan karena adik saya ikut bergabung di sana ataupun aktifitas yang mereka lakukan mengarah ke hal-hal yang negatif. Namun aksesoris yang mereka pakai dan stilistika gerak merekalah yang menggamit hati saya. Mereka memasang sapu tangan di kepala, lengan, dan paha ala Naruto. Mereka pun juga bergaya kekonyol-konyolan dan membodohkan diri sesuai dengan karakter tokoh Naruto dalam film yang sepengetahuan saya memang bodoh. Pemahaman saya sebagai pengamat menggiring pada kesadaran bahwa tahapan pertama dalam belajar adalah imitatif. Dengan kata lain, beragam materi yang masuk dalam benak seorang anak yang sedang menambah-nambah pengetahuannya (belajar) akan teraktualisasi dalam lakuan peniruan. Dus, materi film yang terserap ke dalam ruang benak anak-anak juga menjadi materi pembelajaran yang menambah pengetahuan dan terimplementasikan dalam bentuk lakuan fisik yang dapat direkam oleh lingkungan di sekitarnya. Menjadi sedikit ngilu hati ini ketika lakuan fisik budi pekerti seperti salam, tata krama berbicara maupun bersikap, yang seharusnya menjadi konsumsi pembelajaran anak-anak (terutama usia dini) terpinggirkan oleh materi film anak-anak yang kita tahu sendiri berlatar belakang budaya asing. Bisa kita bayangkan andaikata generasi muda kita kelak akan lebih mirip anak-anak negeri Sakura yang bodoh, ataupun anak-anak negeri Paman Sam yang bodoh ketimbang anak-anak Indonesia yang cerdas, terampil, dan tahu tata karma dalam budaya kita. Dewasa ini, film anak-anak yang mondar-mandir di layar kaca telah mengundang banyak gugatan. Ketua Penelitian dan Pengembangan Lembaga Studi Pers dan Informasi (Lespi), Wisnu Tri Hanggoro, misalnya, menilai  banyak film yang aktornya anak-anak dan film animasi yang ditayangkan di stasiun televisi justru tidak memberikan pendidikan pada anak sebagai penontonnya. Justru banyak film anak yang memperlihatkan unsur kekerasan dan kebencian terhadap sesama, tuturnya dalam Lokakarya “Menonton Televisi Secara Sehat” (11/8/2009). Tri Hanggoro juga menambahkan bahwa acara televisi yang aktornya anak-anak justru banyak yang membodohkan karena selain sering menyajikan hal-hal yang tidak logis, juga mengandung kekerasan, dan kebencian terhadap sesama.
Dipayana dalam bukunya “Nabi Televisi, Malas Belajar dan Belajar Untuk Malas” (2004) mengatakan bahwa tayangan film anak-anak di televisi telah menanamkan paradigma dan perilaku yang sejalan dengan materi tayangan. Bisa disimpulkan bahwa film anak-anak telah memberikan sumbangan besar pada dekadensi moralitas serta terpinggirkannya nilai-nilai pendidikan dari keluarga, sekolah, atau bahkan pendidikan agama. Hal ini tercermin dari mengakarnya pengetahuan tentang film serta imbasnya dalam pembentukan karakter anak ketimbang nasehat, ceramah, dan tausiah.
Gugatan Tri Hanggoro maupun kajian Dipayana di atas, apabila secara jernih kita renungkan, memang ada benarnya, terutama pada film-film animasi. Film animasi merupakan genre film anak-anak yang paling mendominasi dari pada film bertema anak-anak. Apalagi stigma bahwa film animasi adalah film anak-anak menyingkirkan fakta bahwa tidak semua film animasi merupakan konsumsi anak-anak. Bagi yang gemar mencari  anime di internet pastilah memahami bahwa ada film animasi Jepang (manga) yang bergenre blue film (BF) yang kaprah disebut Hentai. Film animasi, yang mayoritas merupakan produk impor, dalam tayangan televisi senantiasa berlabel SU (Semua Umur) dan masuk dalam kategori sebagai tayangan anak-anak. Parahnya, media menggiring opini orangtua untuk berjamaah mengamini pelabelan tersebut. Akibatnya? Sungguh luar biasa. Berkembang toleransi, permisivisme besar, atau asyik-asyik aja terhadap film-film itu untuk dikonsumsi anak-anak. Bahkan, saya pribadi  pernah menjumpai keluarga yang membebaskan anaknya seharian penuh ditemani Cartoon Network melalui layanan Indovision.
Sebelum film animasi Jepang (manga) memiliki ruang perkembangan yang membuat banyak stasiun televisi menggendongnya kemana-mana, Walt Disney menjadi raja diraja film animasi dunia. Pada era tersebut, film animasi tidaklah bisa dikategorikan aman konsumsi bagi anak-anak kita. Coba kita kenang Mickey dan Minni, Donald dan Daisy, ataupun Goofie. Coba kita renungkan, sudah waktunyakah anak-anak kita yang belum akil baligh menikmati tayangan cerita bertema percintaan, plus dengan trik-trik menarik perhatian lawan jenis, merebut pacar, adegan percintaan seperti ciuman, mengirim surat dan bunga yang dilakukan tokoh-tokoh tersebut? Film animasi produk Jepang pun senantiasa membubuhkan tema percintaan, kendati cuma tema sampingan. Mulai dari Sailor Moon yang  identik dengan rok mini dan mottonya “Dengan Kekuatan Cinta Akan Menghukummu!”, Dragon Ball, Detektif Conan, hingga Naruto. Jika kita tengok merebaknya kasus-kasus pedofilia yang dilakukan abg-abg, bukan tak mungkin diilhami oleh tokoh Jiraiya (Petapa Nakal) dalam Film Naruto yang hobby mengintip orang mandi. Bisa jadi perilaku negatif tokoh ini menjadi inspirasi dan berkembang tanpa terdeteksi karena mendapat asupan gizi buruk dari media televisi. Inspirasi ini kemudian meledak saat perkembangan usia memasuki masa pubertas sehingga gadis-gadis ingusan pun menjadi pelampiasan. Berarti, film animasi juga memberikan dukungan penuh pada percepatan pertumbuhan libido pada anak-anak. Benarkah itu?
Selain tema-tema percintaan plus-plus, ada bumbu penyedap lain yang senantiasa hadir dalam jalinan cerita film-film animasi, yakni kekerasan. Kekerasan menjadi primadona dalam beragam tema film animasi. Bahkan dalam film animasi seperti Barbie, ataupun Tom & Jerry, kekerasan masih hadir dalam kemasan romantisme ataupun humor. Bisa jadi kita tidak putus-putus tertawa menyaksikan Tom yang ngeyel mengejar-ngejar Jerry namun tawa tersebut akan hilang tatkala menyaksikan anak-anak kita menirukan trik-trik mereka untuk menjatuhkan satu sama lain yang cenderung sadis.
Bahkan dalam film-film animasi yang murni bertema kekerasan seperti, Dragon Ball, Inuyasha, Samurai X, dan Naruto. Sadar atau tidak, pemirsa disuguhi pesan eksistensi seseorang semata bisa dibangun dengan menjadi yang terkuat (dalam hal fisik dan kekuasaan). Pemirsa yang notabene anak-anak dipaksa meyakini bahwa eksistensi mereka dapat dibangun dengan mengalahkan orang lain, seperti halnya Son Goku, Inuyasha, Naruto, dan Batosai Si Pembantai. Padahal, eksistensi seorang manusia idealnya dibangun dengan menarik simpati dan kesan positif pada publik. Tentu saja hal ini sangat bertolak belakang dengan filosofi budaya masyarakat Indonesia yang mengajarkan untuk kaya tanpa kekayaan, perkasa tanpa ilmu tertentu, dan menang tanpa harus mengalahkan.
Mari kita tengok bersama rentetan aksi-aksi kejahatan yang berbau kekerasan, aksi main hakim sendiri, tawuran antar mahasiswa/pelajar, anarkisme kelompok yang bermotif agama, ataupun bentrok antarwarga, besar kemungkinan merupakan efek negatif doktrinasi nilai-nilai kekerasan tayangan-tayangan film animasi. Mungkin sekali untuk dinilai terlalu menjustifikasi, mengingat banyaknya faktor penyebab lain seperti tingkat pendidikan, karakter demografi, menggejalanya krisis kepercayaan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, apabila secara jujur kita renungkan, maka film animasi adalah satu faktor penyebab tumbuhnya paradigma kekerasan yang menjangkiti masyarakat kita dewasa ini.
Tidak ada paradigma maupun pola perilaku yang mendadak lahir tanpa proses panjang. Paradigma maupun pola perilaku berkembang dari proses transfer nilai yang kompleks dan multidimensi. Namun, satu hal yang menuntut untuk kita dasari bersama adalah fakta bahwa tayangan film-film animasi memiliki efek yang luar biasa dalam pembangunan paradigma, karakter, maupun pola perilaku pada diri seorang anak. Lakuan fisik seperti stilistika perilaku maupun pemakaian aksesoris yang meniru karakter dalam film animasi menjadi penanda bahwa proses transfer nilai tengah berlangsung. Nilai-nilai yang diterima memang tidak muncul secara tiba-tiba, namun pasti melalui proses perjalanan yang mungkin sekali memakan waktu. Sayangnya, penanda-penanda kecil yang menjadi cerminan proses transfer acap kali luput dari perhatian kita.
Suatu misal, ketika mendapati anak kita menjadi agresif. Kita terkadang hanya menilai bahwa anak tersebut nakal dan menuntut tindakan represif tanpa upaya menelusuri latar belakang agresifitas anak tersebut. Padahal, setiap hari film animasi telah mengambil peran guru dan mengajarkan banyak hal kepada anak kita tanpa kita sadari. Anak kita telah akrab dengan pukul ataupun jebakan ala Tom & Jerry. Anak kita telah dekat dengan sabetan pedang hitten mitsurugi Kenshin Himura. Anak kita telah mengenal romantika pacaran dari Sailor Moon. Bahkan, anak kita telah belajar mengalahkan teman-temannya seperti halnya Naruto, Sasuke, dan Sakura. Kita tak sadar bahwa tontonan adalah tuntunan. Mungkin terlihat bahwa anak-anak kita hanya bersantai menjadi penonton. Namun, marilah kita sadari bahwa anak-anak kita juga sedang belajar (di bawah bimbingan Guru Film Animasi). Masih belum hilang dari ingatan kita tentang banyaknya anak - anak yang keranjingan games Smack Down lantas memperagakannya sehingga tanpa disadari perbuatan tersebut membawa korban jiwa. Dan ternyata hal seperti ini terjadi lagi namun bukan dikarenakan keranjingan games melainkan keranjingan tokoh kartun idolanya...NARUTO Dalam salah satu berita siang distasiun swasta beberapa waktu lalu, diberitakan seorang bocah SD harus kehilangan nyawanya karena diperkirakan sibocah tengah bermain peran menirukan idolanya NARUTO. Walau telah diperingatkan oleh sang adik yang melihat kakaknya melilitkan ikat pinggang kelehernya. Namun kekhawatiran sang adik tidak digubris selang beberapa saat kemudian si adik kembali kekamar dan menemukan sang kakak telah terbujur kaku, terlihat ikatan ikat pinggang begitu ketat dan diperkirakan hal tersebutlah yang membuat bocah tersebut meninggal. Coba kita bayangkan, betapa kuatnya pengaruh tayangan - tayangan televisi terhadap jiwa anak - anak, apalagi bila sudah keranjingan alias ketagihan sehingga menjadi NARUTO MINDED.
Disini pentingnya peran serta orangtua dalam memberikan pengarahan dan penjelasan terhadap serial - serial yang berbau action tersebut. Salah seorang responden saya bercerita tentang dia pernah ditanya oleh anaknya yang sangat senang dengan tokoh SPIDERMAN. Sehingga segala pernak - pernik yang bergambar tokoh tersebut pun selalu ingin dimiliki. Sambil mengenakan kostum Spiderman lengkap dengan penutup kepalanya, anaknya berdiri dianak tangga paling atas dan berteriak kepadanya, " Ma, lihat daffa mau lompat niy.." spontan saja si ibu mendelik. Saya tidak menyangka bila film jepang Naruto bisa ditiru oleh anak SD dengan tanpa memikirkan resikonya. Duh, inilah tugas untuk semua orangtua untuk lebih berhati - hati dan mengikuti segala tayangan yang ditonton putra – putrinya iya kan?
 Apa yang harus dilakukan sebagai orang tua?
Bukanlah sebuah masalah yang besar dan sulit kita lakukan andaikata kita melakukan pengurangan jam tonton, pemilah-milahan judul yang layak tonton, serta pendampingan pada saat menonton. Tetapi, yang cenderung rumit adalah teknik penyampaian yang kita gunakan. Anak kita bisa diberikan pengertian plus tawaran yang lebih menarik untuk tidak hanya menonton film animasi. Teknik represif menjadi pilihan paling akhir, satu dua sanksi kita berikan apabila anak-anak kita menunjukkan keengganan. Kita memang tidak boleh total melarang anak-anak kita menjadi penikmat film animasi. Akan tetapi, dari sekian banyak film animasi yang ditayangkan oleh stasiun televisi ada juga yang memberikan efek negatif apabila tidak disertai pendampingan dan pengertian dari orang tua.

BAB IV. PENUTUP
1.1.KESIMPULAN

Budaya nonton adalah budaya yang sudah mendarah daging bagi anak-anak, apalagi anak-anak yang sangat menyukai kartun atau manga yang notebene berlabel tontonan untuk semua umur, tapi nyatanya adalah justru tontonan itu sangat tidak baik di tonton oleh anak-anak yang sangat rentan mengikuti dan mencontiohi apa yang telah di lihatnya. Sebut saja film naruto yang sekarang lagi marak di kalangan anak-anak tapi juga bagi para remaja, yang mana dalam satu stasiun televise yang menayangkan Manga ini justru member label semua umur bagi konsumennya. Padahal kalau di teliti dengan gambling ada sangat banyak perilaku dan tindakan dalam kartun tersebut yang menggambarkan kekerasan dan pornografi. Sehingga kejelian orang tua sangat di perlukan untuk memperhatikan dan mengontrol sekaligus membimbing anaknya pada tontonan yang menjadi konsumen anak-anaknya. Kesimpulan berdasakan responden yang penulis temui adalah rata-rata orang tua tidak memperhatikan kartun jenis apa yang telah di tonton oleh anak-anak mereka. Mereka menyebutkan bahwa sudah barang tentu kartun adalah tontonan yang memang di buat untuk anak-anak jadi mereka jarang bahkan sama sekali tidak memperhatikan nilai-nilai negative pada film tersebut. Pola mindset yang mensugesti pikiran mereka bahwa semua film kartun adalah tontonan wajib bagi anak-anak.


1.2.SARAN

Saran yang penulis tawarkan kepada pembaca khusunya orang tua adalah sebagai berikut:
1.      Hendaklah orang tua yang memegang kendali atas remote control di rumah agar mereka bisa membatasi hal-hal apasaja atau saluran apasaja yang pantas di tonton oleh anak-anak mereka.
2.      Hendaklah mereka tahu jenis kartun yang di tonton oleh anak-anaknya. Apakah itu tontonan bagi anak-anak atau remaja atau bahkan dewasa.
3.      Batasi jam nonton bagi anak-anak.
4.      Memiliki pengetahuan umum tentang bahaya tindak kekerasan dan pornografi sehingga dapat menjelaskan dengan gamplang kepada anaknya jika suatu saat anaknya bertanya mengapa si anak tidak boleh menonton film anima tersebut. Segenap kritik dan saran sangat di perlukan oleh penulis demi terciptanya suasana umpan balik antara penulis dan pembaca. Selain itupula demi menunjang kesempurnaan pada makalah-makalah selanjutya.
DAFTAR PUSTAKA
Andrio arianta, 2009. Anakku di asuh oleh naruto nyama widya: Bandung
Goal gong, 2009. Harian republika, suara muhamadiyah, tabloid hikmah mengupas seluk beluk dunia manga  nyama widya: Bandung













PESONA MANGA NARUTO BUDAYA TONTONAN ANAK-ANAK
BERBAU KEKERASAN DAN PORNOGRAFI



OLEH
INDRAWATI
F211 08 033


JURUSAN SASTRA INGGRIS
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011

Senin, 13 Juni 2011

Belajar dari monyet


Setiap pagi Pak Menkominfo selalu menyapa para tweeps di akun twitternya yang berjumlah 210.666 followers (s.d. hari ini). Pagi ini beliau juga berbagi hikmah untuk mengawali aktifitas. Ini twitnya, selamat menikmati:
...


• Pernah dengar kisah #monyet di pucuk pohon yg tinggi? Saat angin berembus kencang, ia jd waspada, memeluk pohon erat2 dg penuh kecemasan.

• Angin kencang menyeramkan bahkan tak mampu membuat sang #monyet tumbang. Semakin angin bertiup kencang, semakin kuat ia mencengkram dahan.

• Namun saat angin sepoi bertiup melenakan, itulah saat yg plg mungkin sang #monyet jatuh berdebam karena tertidur dan lupa berpegangan ☺

• Kisah sang #monyet menyampaikan, sulit dan cobaan srg membuat org awas, tapi kenyamanan tanpa disadari adalah sisi hidup yg srg melenakan.

• Demikianlah, 'akhirudin' dari kisah sang #monyet. Mudah2an berkenan. Semoga membuat kita makin 'alimudin' & 'arifudin' dlm hidup.. He3x

Minggu, 12 Juni 2011

kisah masuk islamnya dokter Amerika


Kisah Masuk Islamnya Seorang Dokter Amerika Karena Satu Ayat Al-Qur’an

Di rumah sakit tersebut, seorang dokter muslim bekerja dengan keilmuan yang sangat baik, sehingga memberi pengaruh besar untuk mengenal beberapa dokter Amerika. Dan dia, dengan kemampuan tersebut mengundang decak kagum mereka. Diantara para dokter Amerika ini, dia mempunyai satu teman akrab yaitu orang yang memiliki kisah ini. Mereka berdua selalu bertemu dan keduanya bekerja pada bagian persalinan.

Pada suatu malam, di rumah sakit tersebut terjadi dua peristiwa persalinan secara bersamaan. Setelah kedua wanita itu melahirkan, dua bayi tersebut tercampur dan tidak ada yang mengetahui masing-masing pemilik kedua bayi yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu. Kerancuan ini terjadi disebabkan kecerobohan perawat yang seharusnya dia menulis nama ibu pada gelang yang diletakkan di tangan kedua bayi tersebut. Dan ketika kedua dokter tersebut tahu bahwa mereka berada dalam kebingungan; Siapakah ibu bayi laki-laki dan siapakah ibu bayi perempuan, maka dokter Amerika berkata kepada dokter Muslim, ”Engkau mengatakan bahwasanya Al-Qur’an telah menjelaskan segala sesuatu dan engkau mengatakan bahwasanya Al-Qur’an itu mencakup semua permasalahan-permasalahan apapun. Maka tunjukkanlah kepadaku cara mengetahui siapa ibu dari masing-masing bayi ini..!!”


Dokter Muslim itupun menjawab, ”Ya, Al-Qur’an telah menerangkan segala sesuatu dan akan aku buktikan kepadamu tentang hal itu. Biarkan kami mendiagnosa ASI kedua ibu dan kami akan menemukan jalan keluar.” Setelah nampak hasil diagnosa, dengan sangat percaya diri dokter muslim itu memberitahu temannya si dokter Amerika, siapakah ibu sebenarnya dari masing-masing bayi tersebut...!!!!

Dokter Amerika itupun terheran-heran dan bertanya, ”Bagaimana kamu tahu?”

Dokter Muslim menjawab ”Sesungguhnya hasil yang nampak menunjukkan bahwasanya kadar banyaknya ASI pada payudara ibu si bayi laki-laki dua kali lipat kandungannya dibanding ibu si bayi perempuan. Perbandingan kadar garam dan vitamin pada ASI si ibu bayi laki-laki itu juga dua kali lipat dibanding ibu si bayi perempuan.” Kemudian dokter muslim tersebut membacakan ayat Al-Qur’an yang dia jadikan dasar argumen dari jalan keluar itu,

”Bagi laki-laki seperti bagian dua perempuan.” (QS. An-Nisa:11)

Dan setelah mendengarkan dokter Amerika itu arti ayat tersebut, dia jadi bengong, dan dia menyatakan keislamannya secara spontan tanpa ragu-ragu. Subhanallah, Maha Suci Allah Robb semesta alam.


Diambil dari : Kolom Kisah Teladan, Majalah Qiblati |Vol.01/No.4/ Desember 2005 | Dzulqa’idah 1426 H

Kuatkan Militansi,,, mengenang Syaikh Tarbiyah

Kuatkan Militansi
Oleh KH. Rahmat Abdullah

Sejarah  telah  diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang
sungguh-sungguh.  Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan
berangan-angan.  Dunia  diisi  dan  dimenangkan  oleh orang-orang yang
merealisir  cita-cita,  harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah
(kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.

Ikhwah rahimakumullah,

Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur'an Surat 19 Ayat 12 yang artinya,

Ya Yahya hudzil kitaaba bi quwwah ..".(QS. Maryam (19):12)

Tatkala  Allah  SWT  memberikan  perintah  kepada hamba-hamba-Nya yang
ikhlas,  Ia  tak  hanya  menyuruh  mereka  untuk  taat melaksanakannya
melainkan   juga   harus  mengambilnya  dengan  quwwah  yang  bermakna
jiddiyah, kesungguhan-sungguhan.

Sejarah  telah  diwarnai, dipenuhi dan diperkaya oleh orang-orang yang
sungguh-sungguh.  Bukan oleh orang-orang yang santai, berleha-leha dan
berangan-angan.  Dunia  diisi  dan  dimenangkan  oleh orang-orang yang
merealisir  cita-cita,  harapan dan angan-angan mereka dengan jiddiyah
(kesungguh-sungguhan) dan kekuatan tekad.

Namun   kebatilan   pun   dibela   dengan  sungguh-sungguh  oleh  para
pendukungnya,  oleh  karena  itulah Ali bin Abi Thalib ra menyatakan :
"Al-haq  yang  tidak ditata dengan baik akan dikalahkan oleh Al-bathil
yang tertata dengan baik".

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,

Allah  memberikan  ganjaran  yang  sebesar-besarnya  dan  derajat yang
setinggi-tingginya  bagi  mereka  yang  sabar  dan  lulus  dalam ujian
kehidupan  di  jalan  dakwah.  Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah
hanya  yang  mudah-mudah  saja  tentu  mereka  tidak  akan  memperoleh
ganjaran  yang  hebat.  Di situlah letak hikmahnya yakni bahwa seorang
da'i  harus  sungguh-sungguh  dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini.
Perjuangan  ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azam yang
lemah dan pengorbanan yang sedikit.

Ali  sempat  mengeluh  ketika  melihat semangat juang pasukannya mulai
melemah, sementara para pemberontak sudah demikian destruktif, berbuat
dan  berlaku  seenak-enaknya. Para pengikut Ali saat itu malah menjadi
ragu-ragu  dan  gamang,  sehingga Ali perlu mengingatkan mereka dengan
kalimatnya yang terkenal tersebut.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,

Ketika Allah menyuruh Nabi Musa as mengikuti petunjuk-Nya, tersirat di
dalamnya  sebuah  pesan  abadi,  pelajaran  yang  mahal dan kesan yang
mendalam:  "Dan  telah  Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat)
segala  sesuatu  sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu;
maka  (Kami  berfirman):  "Berpeganglah  kepadanya  dengan  teguh  dan
suruhlah  kaummu  berpegang  teguh  kepada perintah-perintahnya dengan
sebaik-baiknya,   nanti   Aku   akan  memperlihatkan  kepadamu  negeri
orang-orang yang fasiq".(QS. Al-A'raaf (7):145)

Demikian  juga perintah-Nya terhadap Yahya, dalam surat Maryam ayat 12
:  "Hudzil  kitaab  bi  quwwah" (Ambil kitab ini dengan quwwah). Yahya
juga  diperintahkan  oleh  Allah  untuk  mengemban  amanah-Nya  dengan
jiddiyah  (kesungguh-sungguhan).  Jiddiyah  ini  juga nampak pada diri
Ulul  Azmi  (lima  orang  Nabi yakni Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad
yang dianggap memiliki azam terkuat).

Dakwah  berkembang  di  tangan  orang-orang  yang  memiliki militansi,
semangat juang yang tak pernah pudar. Ajaran yang mereka bawa bertahan
melebihi usia mereka. Boleh jadi usia para mujahid pembawa misi dakwah
tersebut  tidak  panjang,  tetapi  cita-cita, semangat dan ajaran yang
mereka bawa tetap hidup sepeninggal mereka.

Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi
kita  kelak  hanya berupa 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita :
"Si Fulan lahir tanggal sekian-sekian, wafat tanggal sekian-sekian".

Hendaknya  kita  melihat  bagaimana kisah kehidupan Rasulullah saw dan
para  sahabatnya.  Usia mereka hanya sekitar 60-an tahun. Satu rentang
usia  yang  tidak  terlalu  panjang, namun sejarah mereka seakan tidak
pernah  habis-habisnya  dikaji  dari  berbagai segi dan sudut pandang.
Misalnya  dari  segi  strategi militernya, dari visi kenegarawanannya,
dari segi sosok kebapakannya dan lain sebagainya.

Seharusnyalah kisah-kisah tersebut menjadi ibrah bagi kita dan semakin
meneguhkan   hati   kita.   Seperti   digambarkan  dalam  QS.  11:120,
orang-orang  yang  beristiqomah  di  jalan Allah akan mendapatkan buah
yang  pasti  berupa  keteguhan  hati.  Bila  kita  tidak kunjung dapat
menarik  ibrah dan tidak semakin bertambah teguh, besar kemungkinannya
ada   yang  salah  dalam  diri  kita.  Seringkali  kurangnya  jiddiyah
(kesungguh-sungguhan)  dalam  diri  kita  membuat  kita  mudah berkata
hal-hal  yang membatalkan keteladanan mereka atas diri kita. Misalnya:
"Ah  itu  kan  Nabi,  kita bukan Nabi. Ah itu kan istri Nabi, kita kan
bukan istri Nabi". Padahal memang tanpa jiddiyah sulit bagi kita untuk
menarik    ibrah    dari    keteladanan    para    Nabi,   Rasul   dan
pengikut-pengikutnya.

Ayyuhal ikhwah rahimakumullah,

Di  antara  sekian jenis kemiskinan, yang paling memprihatinkan adalah
kemiskinan azam, tekad dan bukannya kemiskinan harta.

Misalnya  anak yang mendapatkan warisan berlimpah dari orangtuanya dan
kemudian  dihabiskannya  untuk  berfoya-foya  karena  merasa semua itu
didapatkannya  dengan  mudah,  bukan  dari  tetes keringatnya sendiri.
Boleh  jadi  dengan  kemiskinan  azam yang ada padanya akan membawanya
pula  pada kebangkrutan dari segi harta. Sebaliknya anak yang lahir di
keluarga  sederhana,  namun  memiliki azam dan kemauan yang kuat kelak
akan menjadi orang yang berilmu, kaya dan seterusnya.

Demikian pula dalam kaitannya dengan masalah ukhrawi berupa ketinggian
derajat  di  sisi  Allah.  Tidak  mungkin  seseorang  bisa keluar dari
kejahiliyahan dan memperoleh derajat tinggi di sisi Allah tanpa tekad,
kemauan dan kerja keras.

Kita dapat melihatnya dalam kisah Nabi Musa as. Kita melihat bagaimana
kesabaran,  keuletan,  ketangguhan  dan  kedekatan  hubungannya dengan
Allah  membuat  Nabi  Musa  as  berhasil membawa umatnya terbebas dari
belenggu tirani dan kejahatan Fir'aun.

Berkat   do'a   Nabi  Musa  as  dan  pertolongan  Allah  melalui  cara
penyelamatan   yang   spektakuler,   selamatlah  Nabi  Musa  dan  para
pengikutnya  menyeberangi  Laut  Merah yang dengan izin Allah terbelah
menyerupai jalan dan tenggelamlah Fir'aun beserta bala tentaranya.

Namun apa yang terjadi? Sesampainya di seberang dan melihat suatu kaum
yang  tengah menyembah berhala, mereka malah meminta dibuatkan berhala
yang  serupa untuk disembah. Padahal sewajarnya mereka yang telah lama
menderita  di bawah kezaliman Fir'aun dan kemudian diselamatkan Allah,
tentunya  merasa  sangat  bersyukur kepada Allah dan berusaha mengabdi
kepada-Nya   dengan  sebaik-baiknya.  Kurangnya  iman,  pemahaman  dan
kesungguh-sungguhan membuat mereka terjerumus kepada kejahiliyahan.

Sekali  lagi  marilah  kita  menengok  kekayaan  sejarah  dan  mencoba
bercermin  pada  sejarah.  Kembali  kita akan menarik ibrah dari kisah
Nabi Musa as dan kaumnya.

Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 :

"Dan  (ingatlah)  ketika  Musa  berkata  kepada  kaumnya: "Hai kaumku,
ingatlah  nikmat  Allah  atasmu,  ketika  Dia  mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya
kepadamu  apa  yang  belum  pernah  diberikan-Nya kepada seorangpun di
antara umat-umat yang lain".

"Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan
Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada
musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi".

"Mereka   berkata:   "Hai  Musa,  sesungguhnya  dalam  negri  itu  ada
orang-orang  yang  gagah  perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak
akan  memasukinya  sebelum  mereka  keluar dari negri itu. Jika mereka
keluar dari negri itu, pasti kami akan memasukinya".

"Berkatalah  dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah)
yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan
melalui  pintu  gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya
kamu  akan  menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal,
jika kamu benar-benar orang yang beriman".

"Mereka  berkata:  "Hai  Musa  kami sekali-kali tidak akan memasukinya
selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu
bersama  Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya
duduk menanti di sini saja".

"Berkata  Musa: "Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri
dan  saudaraku.  Sebab  itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang
yang fasiq itu".

"Allah  berfirman:  "(Jika  demikian),  maka  sesungguhnya  negri  itu
diharamkan  atas  mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka
akan  berputar-putar  kebingungan  di  bumi  (padang  Tiih)  itu. Maka
janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasiq
itu".

Rangkaian  ayat-ayat  tersebut  memberikan  pelajaran  yang  mahal dan
sangat   berharga   bagi   kita,   yakni  bahwa  manusia  adalah  anak
lingkungannya.  Ia juga makhluk kebiasaan yang sangat terpengaruh oleh
lingkungannya  dan  perubahan  besar baru akan terjadi jika mereka mau
berusaha  seperti  tertera  dalam  QS. Ar-Ra'du (13):11, "Sesungguhnya
Allah  tidak  akan  merubah  nasib  suatu kaum, sampai mereka berusaha
merubahnya sendiri".

Nabi  Musa  as  adalah  pemimpin  yang  dipilihkan Allah untuk mereka,
seharusnyalah  mereka  tsiqqah  pada Nabi Musa. Apalagi telah terbukti
ketika  mereka  berputus  asa  dari pengejaran dan pengepungan Fir'aun
beserta  bala  tentaranya  yang  terkenal  ganas,  Allah  SWT berkenan
mengijabahi  do'a  dan keyakinan Nabi Musa as sehingga menjawab segala
kecemasan,  keraguan  dan kegalauan mereka seperti tercantum dalam QS.
Asy-Syu'ara  (26):61-62,  "Maka  setelah  kedua  golongan  itu  saling
melihat,   berkatalah   pengikut-pengikut   Musa:  "Sesungguhnya  kita
benar-benar  akan  tersusul".  Musa  menjawab: "Sekali-kali tidak akan
tersusul;  sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia pasti akan memberi
petunjuk kepadaku".

Semestinya  kaum  Nabi  Musa melihat dan mau menarik ibrah (pelajaran)
bahwa apa-apa yang diridhai Allah pasti akan dimudahkan oleh Allah dan
mendapatkan  keberhasilan  karena  jaminan  kesuksesan  yang diberikan
Allah  pada  orang-orang  beriman. Allah pasti akan bersama al-haq dan
para  pendukung  kebenaran.  Namun  kaum Nabi Musa hanya melihat laut,
musuh dan kesulitan-kesulitan tanpa adanya tekad untuk mengatasi semua
itu  sambil  di sisi lain bermimpi tentang kesuksesan. Hal itu sungguh
merupakan opium, candu yang berbahaya. Mereka menginginkan hasil tanpa
kerja  keras  dan kesungguh-sungguhan. Mereka adalah "qaumun jabbarun"
yang  rendah,  santai  dan  materialistik.  Seharusnya  mereka melihat
bagaimana kesudahan nasib Fir'aun yang dikaramkan Allah di laut Merah.

Seandainya   mereka  yakin  akan  pertolongan  Allah  dan  yakin  akan
dimenangkan  Allah,  mereka  tentu tsiqqah pada kepemimpinan Nabi Musa
dan  yakin  pula  bahwa  mereka  dijamin Allah akan memasuki Palestina
dengan selamat. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam QS. 47:7, "In
tanshurullah   yanshurkum   wayutsabbit  bihil  aqdaam"  (Jika  engkau
menolong Allah, Allah akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu).

Hendaknya jangan sampai kita seperti Bani Israil yang bukannya tsiqqah
dan  taat  kepada  Nabi-Nya,  mereka  dengan segala kedegilannya malah
menyuruh  Nabi Musa as untuk berjuang sendiri. "Pergilah engkau dengan
Tuhanmu".  Hal  itu sungguh merupakan kerendahan akhlak dan militansi,
sehingga Allah mengharamkan bagi mereka untuk memasuki negri itu. Maka
selama 40 tahun mereka berputar-putar tanpa pernah bisa memasuki negri
itu.

Namun demikian, Allah yang Rahman dan Rahim tetap memberi mereka rizqi
berupa  ghomama,  manna dan salwa, padahal mereka dalam kondisi sedang
dihukum.

Tetapi  tetap  saja kedegilan mereka tampak dengan nyata ketika dengan
tidak tahu dirinya mereka mengatakan kepada Nabi Musa tidak tahan bila
hanya mendapat satu jenis makanan.

Orientasi  keduniawian  yang  begitu  dominan pada diri mereka membuat
mereka  begitu  kurang  ajar dan tidak beradab dalam bersikap terhadap
pemimpin.  Mereka  berkata:  "Ud'uulanaa  robbaka" (Mintakan bagi kami
pada  Tuhanmu).  Seyogyanya  mereka  berkata:  "Pimpinlah  kami  untuk
berdo'a pada Tuhan kita".

Kebodohan  seperti itu pun kini sudah mentradisi di masyarakat. Banyak
keluarga  yang  berstatus  Muslim,  tidak  pernah ke masjid tapi mampu
membayar  sehingga  banyak  orang  di  masjid yang menyalatkan jenazah
salah  seorang  keluarga  mereka,  sementara  mereka  duduk-duduk atau
berdiri menonton saja.

Rasulullah  saw  memang telah memberikan nubuwat atau prediksi beliau:
"Kelak  kalian  pasti  akan  mengikuti  kebiasaan  orang-orang sebelum
kalian  selangkah  demi  selangkah,  sejengkal demi sejengkal, sehasta
demi  sehasta  dan  sedepa demi sedepa". Sahabat bertanya: "Yahudi dan
Nasrani ya Rasulullah?". Beliau menjawab: "Siapa lagi?".

Kebodohan  dalam  meneladani  Rasulullah juga bisa terjadi di kalangan
para  pemikul  dakwah  sebagai warasatul anbiya (pewaris nabi). Mereka
mengambil  keteladanan  dari  beliau  secara tidak tepat. Banyak ulama
atau  kiai  yang  suka  disambut,  dielu-elukan  dan  dilayani padahal
Rasulullah   tidak  suka  dilayani,  dielu-elukan  apalagi  didewakan.
Sebaliknya  mereka  enggan  untuk  mewarisi kepahitan, pengorbanan dan
perjuangan  Rasulullah.  Hal  itu  menunjukkan merosotnya militansi di
kalangan ulama-ulama amilin.

Mengapa  hal  itu  juga  terjadi  di  kalangan ulama, orang-orang yang
notabene  sudah  sangat faham. Hal itu kiranya lebih disebabkan adanya
pergeseran  dalam  hal  cinta dan loyalitas, cinta kepada Allah, Rasul
dan jihad di jalan-Nya telah digantikan dengan cinta kepada dunia.

Mentalitas  Bal'am,  ulama  di  zaman Fir'aun adalah mentalitas anjing
sebagaimana  digambarkan  di Al-Qur'an. Dihalau dia menjulurkan lidah,
didiamkan  pun  tetap  menjulurkan lidah. Bal'am bukannya memihak pada
Musa,  malah  memihak  pada  Fir'aun.  Karena ia menyimpang dari jalur
kebenaran, maka ia selalu dibayang-bayangi, didampingi syaithan. Ulama
jenis Bal'am tidak mau berpihak dan menyuarakan kebenaran karena lebih
suka menuruti hawa nafsu dan tarikan-tarikan duniawi yang rendah.

Kader  yang  tulus  dan bersemangat tinggi pasti akan memiliki wawasan
berfikir  yang  luas dan mulia. Misalnya, manusia yang memang memiliki
akal akan bisa mengerti tentang berharganya cincin berlian, mereka mau
berkelahi  untuk  memperebutkannya.  Tetapi  anjing  yang ada di dekat
cincin berlian tidak akan pernah bisa mengapresiasi cincin berlian. Ia
baru akan berlari mengejar tulang, lalu mencari tempat untuk memuaskan
kerakusannya. Sampailah anjing tersebut di tepi telaga yang bening dan
ia  serasa  melihat  musuh  di  permukaan telaga yang dianggapnya akan
merebut  tulang  darinya.  Karena  kebodohannya  ia tak tahu bahwa itu
adalah  bayangan  dirinya.  Ia  menerkam  bayangan dirinya tersebut di
telaga, hingga ia tenggelam dan mati.

Kebahagiaan  sejati akan diperoleh manusia bila ia tidak bertumpu pada
sesuatu  yang  fana dan rapuh, dan sebaliknya justru berorientasi pada
keabadian.

Nabi  Yusuf  as  sebuah  contoh  keistiqomahan,  ia memilih di penjara
daripada  harus  menuruti  hawa nafsu rendah manusia. Ia yang benar di
penjara, sementara yang salah malah bebas.

Ada  satu  hal  lagi  yang  bisa  kita petik dari kisah Nabi Yusuf as.
Wanita-wanita  yang mempergunjingkan Zulaikha diundang ke istana untuk
melihat  Nabi  Yusuf.  Mereka  mengiris-iris  jari-jari  tangan mereka
karena  terpesona  melihat  Nabi  Yusuf.  "Demi Allah, ini pasti bukan
manusia".  Kekaguman dan keterpesonaan mereka pada seraut wajah tampan
milik Nabi Yusuf membuat mereka tidak merasakan sakitnya teriris-iris.

Hal  yang  demikian  bisa  pula  terjadi  pada  orang-orang yang punya
cita-cita  mulia  ingin bersama para nabi dan rasul, shidiqin, syuhada
dan   shalihin.   Mereka  tentunya  akan  sanggup  melupakan  sakitnya
penderitaan  dan kepahitan perjuangan karena keterpesonaan mereka pada
surga dengan segala kenikmatannya yang dijanjikan.

Itulah  ibrah  yang harus dijadikan pusat perhatian para da'i. Apalagi
berkurban  di  jalan  Allah  adalah sekedar mengembalikan sesuatu yang
berasal dari Allah jua. Kadang kita berat berinfaq, padahal harta kita
dari-Nya.  Kita  terlalu  perhitungan  dengan  tenaga  dan waktu untuk
berbuat  sesuatu  di jalan Allah padahal semua yang kita miliki berupa
ilmu dan kemuliaan keseluruhannya juga berasal dari Allah. Semoga kita
terhindar   dari   penyimpangan-penyimpangan  seperti  itu  dan  tetap
memiliki  jiddiyah,  militansi untuk senantiasa berjuang di jalan-Nya.
Amin.

Wallahu a'lam bis shawab


Rahmat Abdullah